Karomah Habib Umar Yang Sesungguhnya – Bagian 2

Oleh Ibnu Abdillah Al-Katibiy
(Founder Ruqyah Aswaja Nasional & Internasional )

Siapapun yang memandangi dan memperhatikan Habib Umar bin Hafidz satu jam saja, niscaya ia akan mengaguminya dari berbagai sisi. Beliau percikan cahaya dari sang cahaya; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Secara nasab beliau ada darah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengalir di tubuhnya. Secara ilmu, beliau juga tersambung dari para guru yang sanad bahkan nasab juga tersambung dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan yang paling sempurnanya, beliau adalah pewaris sempurna Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘ilman, khalqan wa ahkhlaqan.

Jika kau mengagumi seorang cucuk Nabi saja seperti ini, maka bagaimana dengan datuk agungnya yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ? inilah yang dirasakan para imam pendahlu kita salah satunya adalah imam Syafi’i rahimahullah. Sangking besarnya cinta beliau kepada para keturunan Nabi, hingga beliau dituduh seorang syi’ah. Dan beliaupun tidak memeprdulikannya bahkan justru menulis bait syair cintanya itu, di antaranya ; “ Jika mencintainya keluarga Nabi itu dianggap Rafidhi, maka ketahuilah seluruh alam, bahwa aku rafidhi “. Salah satu petikan syair imam Syafi’i yang membuat saya kagum adalah :

ولما رأيت الناس قد ذهبت بهم *** مذاهبهم في ابحر الغي والجهل
ركبت على اسم الله في سفن النجا *** وهم اهل بيت المصطفى خاتم الرسل

“ Ketika aku melihat manusia semua pemikirannya telah bermuara di samudera keburukan dan kebodohan, justru aku menaiki perahu keselematan atas nama Allah. Perahu keselamatan itu adalah (mencintai dan mengikuti) keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sang penutup para rasul “.

Dan manhaj serta thariqah inilah yang saya pegang dari banyaknya thariqah mu’tabarah yang pernah saya jalani dan tempuh.

Habib Umar bin Hafidz, sosok ulama sejati yang saya kagumi sejak saya masuk ke pondok pesantren Habib Taufiq Asseggaf tahun 1998. Sebelum beliau datang kembali ke pesantren kami, saya sudah mengaguminya dan mencintainya karena banyaknya para guru kami yang menukil dan membawakan syair-syair karya beliau yang begitu dalam dan indah maknanya salah satunya yang sangat saya hafal saat itu adalah qasidah Mushohabatur Rijali dan Waqtus Sahar. Saya mempelajari dan merenungi bait demi bait yang membuat saya kagum gramatika bahasanya yang fashohah dan makna yang begitu indah dan dalam. Dan saat saya jumpa habib Umar langsung dan bersalaman di pondok tercnta itu pada tahun 1999, Sejak saat itu kecintaan saya kepada beliau terus bertambah, hingga puncaknya saat pengijazahan sholawat Fathimiyyah dan sabab sholawat itu saya mendapatkan mimpi yang begitu indah dalam seumur hidup ini. Jika rindu dan ingin bermimpi kembali, maka saya baca kitab sholawat Fathimiyyah tersebut yang begitu panjang satu buku penuh, maka mimpi terindah itupun datang kembali.

Saya tidak akan berbicara soal karomah beliau dari sisi ilmu dan mukasyafahnya, karena saya yakin banyak murid-murid dan pecinta beliau yang mengalami dan menyaksikan karomah-akromah nyata beliau. Tapi saya akan berbicara soal mutiara-mutiara indah yang terlontar dari lisannya yang agung dan suci.

Dahulu saya pernah mengikuti habib Umar bin Hafidz kebeberapa kota, penyambutan dan penghormatan kepada beliau yang begitu besar dan program-program acara yang penuh ilmu dan hikmah terjalankan oleh beliau dengan sukses dan selalu membawa kesan bagi para hadirinnya. Hampir tidak ada waktu istirahat untuk beliau karena padatnya waktu beliau dengan samudera ilmu dan hikmah di berbagai daerah.

Yang membuat saya lebih terkagum-kagum adalah isi ceramah-ceramah beliau yang tidak pernah sama setiap tempat dan lokasi acara. Di satu tempat beliau berbicara dan ceramah dengan kata-kata indah dan hikmah yang luar biasa sangat berkesan di hati orang-orang yang hadir. Di setiap tempat yang berbeda, tiap-tiap yang hadir selalu berharap dan antusias mendengarkan dan mendapatkan nasehat beliau yang akan beliau ucapkan, mereka bagai orang-orang yang tengah kehauasan dan menanti minuman yang menyejukkan jiwa dan raga. Dan ajaibnya, setiap isi ceramah beliau tidak pernah sama di satu tempat dan lokasi.

Untaian kata perkata yang tersusun rapi dan fasih, penuh lautan makna indah bagi yang memahaminya dengan baik, ucapan yang bersumber dari ruh suci yang bercahaya. Ucapan dan nasehat, yang tidak dikarang dan diatur seperti para pengkhutbah saat menyusun kata dan nasehat untuk khutbahnya. Mengalir begitu saja jutaan untaian mutiara yang tak ternilai harganya. Mengalir dari samudera hikmah yang tak bertepi, keluar dari sisi Tuhannya sang Maha Luhur dan Tinggi.

Inilah karomah beliau yang sesungguhnya. Ilmu khusus yang Allah berikan kepada para wali yang khusus. Ilmu yang mengalir dan keluar langsung dari Allah yang Maha Ilmu dan Mendengar. Ilmu Wahbi, ilmu Ladunni. Yaitu ilmu yang diambil oleh orang alim dari Allah kapan saja ia mau tanpa dihafal terlebih dahulu dan tanpa dipelajari lebih dahulu. Inilah Ilmu Rabbani. Ilmu ini tidak ada lain bersumber dari hati yang penuh taqwa (takut) kepada Allah Ta’ala. Ilmu yang kunci pembukanya adalah taqwa kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman dalam al-Quran :

وَاتّقُوا اللهَ وَيُعَلِّمْكُمُ اللهُ

“ Dan bertaqwalah kepada Allah, niscaya Allah akan berikan ilmu untukmu “.

Allah Ta’ala juga berfirman :

وعلَّمناه من لَّدُنَّا عِلْمًا

“ Dan Kami ajarkan ilmu dari sisi Kami “.

Ilmu Ladunni semacam ini, para datuk beliau telah mendahuluinya dan memanh kebanyakan dari kalangan keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Datuk luhur beliau al Imam Sayyiduna Ali bin Abi Thalib karromallahu wajhah pernah menyatakan :

لو طويت لي وسادة لحكمت بين أهل التوراة بتوراتهم وأهل الإنجيل بإنجيلهم ولقلت في الباء من بسم الله وقر سبعين جملاً

“ Andai kepemimipinanku diperluas, niscaya aku akan menghukumi penganut taurat dan landasan taurat mereka, dan aku akan menghukumi ahli injil dengan landasan injil mereka. Dan aku akan menjelaskan huruf BA dalam bismillahi yang lembaran-lembaran buku yang ditampung 70 ekor unta “.

Saya yakin andai habib Umar bin Hafidz menjelaskan makna Bismillahi saja dalam kurun 70 tahun, maka saya yakin beliau akan mampu dan setiap harinya niscaya tidak akan sama setiap penjelasan dan untaian hikmah yang beliau lontarkan. Setelah itu berlanjut pembahasan Ar-Rahmaan ar-Rahimnya. Inilah karomah beliau yang sesungguhnya.

Imam Ghazali pernah mengatakan :

قد رأينا من شيخنا علاء الدولة السمناني رحمه الله أنه صلى المغرب ثم جلس في محرابه، ففتح عليه في تفسير الباء من بسم الله فيما بين صلاة المغرب والعشاء من العلوم ما لا يمكن تدوينه وكتابته إلا في شهور كثيرة

“ Aku pernah menyaksikan syaikh kami ‘Ala ad Daulah as Samnani rahimahullah sholat maghrib, lalu duduk di Mihrabnya dan membahas tafsir huruf BA dari bismillah, di antara maghrib dan isya dari ilmu-ilmu yang tidak mungkin disusun dan ditulis kecuali membutuhkan waktu berbulan-bulan yang begitu banyak “.

Syaikh Abu Yazid al Bushtami dan lainnya pernah mengatakan :

ليس العالم الذي يحفظ من كتاب فإذا نسي ما حفظه صار جاهلا إنما العالم الذي يأخذ علمه من ربه أي وقت شاء بلا حفظ ولا درس

“ Orang alim itu bukanlah yang menghafal dari kitab. Ketika ia lupa apa yang ia hafal, maka ia menjadi bodoh. Sesungguhnya orang alim sejati itu adalah orang yang mengambil ilmunya dari Tuhannya kapan saja ia kehendaki tanpa hafalan dan pelajaran “.

Ilmu Ladunni ini bukan dihasilkan dari pemikiran ataupun pengkajian, akan tetapi ia datang dari pancaran cahaya pemberian Allah yang berjalan di hati hamba-Nya. Ruh yang telah terbang ke dalam dimensi luhur di sisi Allah dengan rahmat-Nya. Ruh yang senantiasa tersambung dari barokah guru-gurnya yang luhur dan mulia yang telah berenang dalam samudera Rabbaniyyah yang tak bertepi. Ya Allah, sambungkan ruh kami dengan mereka dunia dan akherat Ya Rabbal ‘alaamin..

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*