Dialog Dengan Jin. Salahkah ini ? baca dan simak penjelasannya..

Berdialog dengan jin di tubuh orang yang kesurupan.

Sebagian orang bodoh menyanggah, sejak kapan ruqyah kok pake dialog-dialog dengan jin ?

Salahkah ketika praktisi ruqyah berdialog dengan Jin yang ada di tubuh orang kesurupan?

Mari simak penjelasan berikut!

———————————————————————————————————

Disampaikan oleh : Ibnu Abdillah Al-Katibiy

Telah disebutkan dalam kitab Aakamul Marjan karya imam Badruddin Asy-Syibli Suatu hari Al Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- sedang berada di masjid. Kemudian datanglah khalifah Al Abbas Al Mutawakkil kepada Imam Ahmad memberitahukan bahwa budak perempuannya kerasukan jin. Khalifah Al Mutawakkil meminta Al Imam Ahmad -rahimahullah- untuk berdoa kepada Allah agar kerabatnya diberi kesembuhan. Lalu imam Ahmad mengeluarkan sepasang sandal kayunya “Bawalah sandal ini ke kediaman Amirul Mu’minin dan duduklah di sebelah kepala budak perempuan itu dan katakan kepadanya (kepada jin) bahwa Ahmad bin Hanbal berkata kepadamuKeluarlah dari tubuh Jariyah ini atau aku akan memukulmu dengan sandal ini sampai 70 kali!”. Maka ia Kembali pulang dan melakukan apa yang diperintahkan oleh imam Ahmad bin Hanbal. Kemudian jin tersebut berkata melalui lisan budak perempuan itu : “Aku mendengar dan taat. Kalaupun seandainya Ahmad bin Hanbal menyuruhku pergi dari Iraq, aku pasti akan menuruti perintahnya. Sesungguhnya dia itu orang yang taat kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada Allah, siapapun akan menurut kepadanya.”
Kemudian keluarlah jin tersebut dari tubuh Jariyah. (Aakamul Marjan fi Ahkamil Jan : 110)

Point-point Penting :

  1. Di sini justru ada perintah dari imam Ahmad bin Hanbal untuk berdialog dengan jin yang ada di tubuh budak perempuan itu agar jin itu keluar. Duhai engkau yang berakal sakit, apakah imam Ahmad bin Hanbal juga akan kau katakan halu ?
  2. Bukan berarti imam Ahmad bin Hanbal mengajarkan cara mengeluarkan jin dengan sandal, namun di sini ada hikmah bahwa jika orang yang beriman benar-benar takut kepada Allah, maka semua makhluk termasuk jin akan takut dengan orang itu meskipun dengan benda yang paling hina sekalipun dengan diinjak-injak kaki, karena sering melekat di jasad orang yang takut kepada Allah.

Syaikh Ibnul Qayyim juga menceritakan kisah guru beliau yaitu syaikh Ibnu Taimiyyah, yang sering berdialog dengan jin dalam tubuh orang yang kesurupan. Di antara kisahnya, Ketika syaikh Ibnu Taimiyyah membaca surat al-Mukminun ayat 115 di telinga orang yang tengah kesurupan, tiba-tiba jin itu berkata, “ Ya“ (Menjawab ayat yang dibaca oleh syaikh Ibnu Taimiyyah). Jin itu menjawab sambil mengeraskan suaranya. Lalu syaikh Ibnu Taimiyyah mengambil tongkat dan memukulkannya di otot-otot leher orang yang kesurupan itu hingga tanggannya Lelah. Bahkan orang-orang yang hadir mengira pasien itu wafat karena sangking kerasnya pukulannya. Di tengah-tengah beliau memukul, jin itu berkata, “ Aku mencintainya “. Syaikh menjawab, “ Dia tidak mencintaimu (wahai jin perempuan) “. Jin itu berkata lagi, “ Aku ingin haji bersamanya “. Syaikh menimpali, “ Dia tidak mau haji bersamamu “. Jin itu berkata lagi, “ Aku akan keluar darinya karena aku menghormatimu “. Syaikh menjawab, “ Bukan, tapi keluarlah karena ta’at kepada Allah dan rasul-Nya “. Maka jin perempuan itu berkata, “ Baiklah aku keluar darinya “. Maka pasien itu duduk dan menoleh kanan dan kirinya, dan berkata, “ Kenapa dengan diriku dan syaikh ini ? “ Para hadirin menjawab, “ Kamu dipukuli oleh syaikh “. Orang itu bertanya lagi, “ Kenapa aku dipukuli sedangkan aku tidak berbuat dosa ? “.( Zaadul Ma’aad 2/989)

Point-point PENTING :

  1. Sangat jelas syaikh Ibnu Taimiyyah melakukan dialog dengan jin yang berbicara di tubuh orang yang kesurupan. Apakah beliau halu atau memiliki akal tidak sehat ? atau dirimu yang sedang kesurupan sehingga tidak menyadari perkara ringan semacam ini ?
  2. Syaikh Ibnul Qayyim setelah menceritakan kisah ini, beliau mengatakan, “ jenis kesurupan ini adalah jenis kesurupan jin. Penanganannya tidak mengingkarinya kecuali ORANG YANG SEDIKIT ILMU, AKAL DAN MA’RIFAH.

Para peruqyah bertanya kepada jin dalam tubuh pasien bukanlah hanya untuk bermain-main, namun sebagai ujian atau hipotesis belaka, bukan meyakini ucapan jin 100 persen. Jika akalmu yang sakit kurang puas, baiklah simak baik-baik hadits sahih berikut ini :

أنَّ النبيَّ صلَّى الله عليه وسلَّم سأَلَ ابنَ صيَّادٍ فقال: «مَاذَا تَرَى؟» قَالَ ابْنُ صَيَّادٍ: «يَأْتِينِي صَادِقٌ وَكَاذِبٌ»، فَقَالَ النَّبِيُّ صلَّى الله عليه وسلَّم: «خُلِّطَ عَلَيْكَ الأَمْرُ»، ثُمَّ قَالَ لَهُ النَّبِيُّ صلَّى الله عليه وسلَّم: «إِنِّي قَدْ خَبَّأَتُ لَكَ خَبِيئًا»، فَقَالَ ابْنُ صَيَّادٍ: «هُوَ الدُّخُّ»، فَقَالَ: «اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ».

Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Ibnu Shoyyad; “ Apa yang kau lihat ? “. Ibnu Shoyyad menjawab, “Datang kepadaku orang yang jujur dan pendusta”, maka Nabi shallallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Sesungguhnya aku menyembunyikan satu perkara darimu ? “. Ibnu Shoyyah menjawab, “ itu adalah asap “. Nabi bersabda: “celaka, engkau tidak akan melewati kodratmu”. (HR. Muttafaq ‘alaih)

Kita simak komentar imam Al-Khatthabi rahimahullah :

أنَّ امتحانَ النبيِّ صلَّى الله عليه وسلَّم بما خبَّأَهُ له مِنْ آيةِ الدخان؛ فلأنه كان يَبْلُغُه ما يَدَّعِيهِ مِنَ الكِهانة ويَتعاطاهُ مِنَ الكلام في الغيب؛ فامْتَحَنَهُ لِيَعْلَمَ حقيقةَ حالِه، ويُظْهِرَ إبطالَ حالِه للصحابة، وأنه كاهنٌ ساحرٌ يأتيهِ الشيطانُ

Sesungguhnya ujian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merahasiakan kabar dukhon, karena beliau diberitahu apa yang Ibnu Shoyyad klaim dari ramalan dan mengetahui hal yang gaib. Maka Nabi mengujinya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dan menampakkan batilnya keadaanya di hadapan sahabat, dan sesungguhnya ia adalah dukun, penyihir yang didatangi oleh setan “. (Ma’aalim As-Sunan lil Khatthabi : 4/503)

Point-point PENTING :

  1. Dalil sahih ini menunjukkan kepada kita hukum bolehnya bertanya atau dialog dengan dukun dengan tujuan mengujinya bukan membenarkannya. Demikian juga kepada jin saat berbicara melalui tubuh pasien.
  2. Para peruqyah berdialog dengan jin, bukanlah satu tujuan dalam meruqyah. Lebih sering mereka meruqyah pasien tanpa adanya kesurupan, namun umumnya reraksi muntah.

Kesimpulan :

  1. Dialog dengan jin dalam tubuh pasien sudah ada dan terjadi sejak lama, bahkan sejak di masa imam Ahmad bin Hanbal (generasi salaf shalih).
  2. Sudah maklum dalam syare’at bahwa kita tidak boleh dengan mudah mempercayai ucapan jin meskipun muslim apalagi kafir. Dan ini pun dipahami oleh peruqyah pemula.
  3. Berdialog dengan jin saat berbicara melalui lisan pasien yang kesurupan, bukanlah menjadi tujuan para peruqyah, namun sebagai imtihan atau ujian kepada jin itu untuk hipotesis dalam mencari akal masalah jin itu masuk ke tubuh pasien.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*