Rutin Baca Al-Quran Menjauhkan dari Penyakit Demensia atau pikun

Banyak sekali praktisi yang konsultasi tentang kasus orang tua yang tidak berhenti teriak-teriak, nangis, ketawa atau menyebut-nyebut kejadian masa lalu.

Dalam buku Faidhul Mannan juz 1 yang saya tulis, sudah saya jelaskan bahwa kasus semacam ini ada tiga jenis dan paling umumnya kasus yang ketiga terutama jika pada orang tua.

a. Menunjukkan jin benar-benar telah menguasai dirinya atau sudah mendarah daging dengan karakter dan sifat si pasien. Dan tanda mental pasien telah benar-benar lemah. Pada umumnya, menujukkan pasien sebelum diganggu oleh makhluk gaib, sering kali buruk sangka dan iri hati dengan kenikmatan orang lain kadang hanya sekedar dengki saja.

b. Umumnya jin itu berada dalam pikirannya, dada dan rahang mulut. Penanganan kasus ini, perlu pendekatan secara psikis dengan membacakan doa-doa ruqyah secara singkat dan santai. Sebut nama pasien untuk menguatkan mentalnya. Dan lakukan tekhnik Tarik sukma.

c. Terkadang ini kasus medis murni gangguan sindrum syaraf karena factor usia, atau ada syaraf otak yang putus. Penanganannya tetap diruqyah dan berikan air ruqyah untuk dikonsumsi setiap harinhya.

Kasus ketiga ini secara medis dikenal dengan istilah Demensia. Penyakit ini menjangkiti orang-orang yang lanjut usia dan bukan hanya berdampak pikun saja tetapi banyak juga gejala-gejala lainnya seperti mengurangi kemampuan berbahasa, mengenali benda-benda atau kadang bisa menggangu prilaku dan kepribadian seperti mudah marah, gampang emosian, teriak-teriak histeris dan lain sebagainya .

Pada tahap awal, gejala demensia yang timbul berupa lupa ingatan. Lupa ini muncul sangat sering dan menganggu kegiatan. Biasanya, lupa yang muncul terkait dengan peristiwa yang baru terjadi. Misalnya, lupa sudah makan padahal baru makan, lupa sudah mandi padahal baru mandi. Bahkan juga bisa tidak mampu mengingat hal-hal dasar seperti nama benda dan kesulitan berbahasa. Perlahan, mereka juga bakal mulai kesulitan dalam berkegiatan. Misalnya, memakai baju jadi susah, memasukan kaki ke sepatu jadi lama sekali.

Lebih jauh, kemampuan berpikir pasien ini juga ikut menurun dan membuat mereka keliru dalam mengambil keputusan. Misalnya, untuk mendinginkan setrika mereka memasukkannya ke dalam kulkas, BAB di ember dan lain sebagainya. Semua ini, bisa berujung pada depresi, delusi, dan halusinasi. Kondisi lupa akut ini memaksa memikirkan hal lain yang tak terekam atau hilang dalam memorinya.

Pada tahapan yang lebih parah, orang ini bakal kesulitan berbicara. Akibatnya, mereka memilih untuk berdiam diri. Perlahan, mereka tak lagi bisa menahan emosi dengan baik. Mereka bisa menuduh orang mencuri, marah-marah, semakin agresif, dan disorientasi atau lupa arah.

Al-Quran telah menyinggung hal ini dan disebut dengan Ardzalil Umr, Allah Ta’ala berfirman :

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

Dan Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. An-Nahl : 70)

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berlindung dari ardzalil umr ini, dalam doa beliau :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“ Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, dan aku berlindung kepada-Mu kepada serendah-rendahnya usia (pikun), aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur “ (HR. Bukhori)

Nabi berlindung dari penyakit Demensia ini untuk menunjukkan kepada umatnya bahwa penyakitnya ini juga berbahaya dan dapat mengganggu ketenangan orang lain di sekitar dari keluarga dan tetangganya.

Yang sangat rentan terkena gangguan ini secara tajribi ruqyah dan rihlah syifaiyyah KBRA yang kami jumpai di beberapa daerah, sering menimpa lebih banyak pada kalangan perempuan dan sedikit pada kalangan laki-laki. Dan lebih seringnya perempuan yang masa mudanya memiliki psikis yang lemah, terutama lemah hatinya kepada Allah Ta’ala. Kurangnya sandaran hati kepada Allah. Sehingga luapan-luapan jiwa di akhir usia akan tinggi volumenya dan menjadi pemicu cepatnya muncul penyakit ini. Bahkan juga memicu penyakit-penyakit lainnya seperti stroke, lumpuh, darah tinggi, asam lambung akut dan lain-lain.

Mereka yang cerewet di masa mudanya (dalam urusan duniawi), suka tersinggungan, emosian kepoan urusan orang lain, maka sangat besar resikonya terkena gangguan ardzalil umr (serendah-rendahnya umur) ini. Ini semua menunjukkan lemahnya hati kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Maka di antara ciri hati yang lemah kepada Allah adalah :

1. Jika ada problem hidup, dia mudah bercerita ke orang lain, untuk mendapatkan simpati orang lain.

2. Problem yang bersifat prifasi misal masalah rumah tangga, masalah ekonomi, suka diceritakan ke orang lain.

3. Mudah nangis jika nonton drama atau sinetron, tapi tidak prnah nangis ketika baca Quran dan istighfar.

4. Suka kepo (fudhul) urusan orang lain yang sifatnya duniawi.

5. Stres jika ada duniawinya yang hilang meskipun sedikit.

6. Pelit untuk berbagi rezeki kepada orang lain.

Di sinilah rahasia sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terungkap :

إذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“ Jika baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah itu adalah hati (HR. Muttafaqun Alaih).

Dan inilah slogan KBRA “ Terapi Jasmani dan Olah Hati “. Dalam setiap pelatihan, tercantum besar di banner-banner dan flayer tulisan “ Pelatihan Ruqyah Aswaja; Terapi Jasmani dan Olah Hati “ dengan metode Al-Quran dan Doa. Karena tidak sedikit mereka (khususnya kaum minhum) yang menerapi seolah pembacaan al-Quran segala-galanya, namun melupakan olah hatinya. Sangat tidak terlihat lingkup ihsan dan tasawwufnya yang juga isi kandungan Al-Quran.

Sebab itulah banyak kalangan salafi – wahabi yang membully bacaan habib Umar bin Hafidz dan para habaib lainnya ketika membaca al-Quran secara jahr terutama ketika mengimami sholat berjama’ah. Bahkan tidak sedikit, mereka yang menyalahkan kebiasaan para habaib yang membaca huruf qaff secara qaff yabisah atau qaff masyquqah. Mereka mengatakan qaff seperti ini tidak boleh dan tidak sah ketika membaca surat al-Fatihah di ayat Ihdinas shiratal mustaqiim. Padahal ‘adat atau tradisi kalam qaf yabisah atau masyquqah ini tradisi adat Mudhariyyah dan para ulama fuqaha khususnya kalangan habaib mengatakan sah. Mungkin mereka perlu membaca kitab-kitab yang membahas bab ini di antaranya kitab Al-Qaul Al-Wafi fi Ma’rifati Syaqq Al-Qaff karya Habib Alwi bin Ahmad Al-Haddad (cucu shahibur ratib haddad) atau kitab Al-Masyrab Al-‘Idzab fi shihhati an-Nuthqi biqaf al-‘Arab dan kitab-kitab lainnya.  

Solusi untuk para jiwa muda agar terhindar dari gangguan ini di akhir-akhir usia nanti  adalah :

1. Berdoa seperti doa Nabi di atas.

2. Perbanyak membaca al-Quran. Ikrimah mengatakan :

من قرأ القرآن لم يصر بهذه الحالة

“ Barang siapa yang (selalu) membaca Al-Quran, maka ia tidak akan sampai kepada keadaan seperti ini ”. (Tafsir Jalalain)

Karena aktivitas membaca Alquran yang dilakukan secara rutin dan tartil serupa dengan aktivitas senam lidah. Sebab lidah dilakukan untuk membiasakan syaraf lidah yang berhubungan dengan otak besar.

3. Perbaiki hati dengan menguatkan sandaran kepada Allah Ta’ala.

4. Cari guru yang benar-benar tersambung sanad keilmuannya hingga ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan termasuk orang guru yang shalih.

5. Merutinkan amalan doa berikut :

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ نَفْسِيْ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ

“Ya Allah, jadikan jiwa kami menjadi tenang, beriman akan adanya pertemuan dengan-Mu, dan rela atas garis yang Engkau tentukan.” (Lihat kitab Al-Manhajus Sâwî, karya Habib Zain bin Ibrâhîm bin Sumaith, halaman 234) Dalam doa ini tersirat hikmah dan makna kandungannya yaitu, ketika jiwa telah pasrah dan beriman dengan segala ketentuan Allah, serta memeprbaiki ibadah untuk berjumpa dengan Allah, menjadikan jiwa kita tenang dan damai di dunia juga di akherat. 

By : Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Founder Ruqyah Aswaja Nasional & Internasional

7 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*