MENJAWAB OCEHAN SAMPAH PERDANA AHMAD LAKONI (PART 3)

Oleh: Ibnu Abdillah Al Katiby (Pembina KBRA)

Ocehan sampah PAL berikutnya yang ditujukan kepada Ruqyah Aswaja adalah Memperbolehkan memakai ilmu hikmah yang didapat dari ritual puasa mutih, pati geni, merapal wirid ribuan kali.

Saya jawab :

Saya sebagai pembimbing Keluarga Besar Ruqyah Aswaja, tidak paham apa itu ilmu hikmah seperti yang anda maksudkan. Jika yang anda maksudkan suatu ritual amaliah atau qawliyyah dengan tujuan kesaktian, maka anda perlu tahu ini dari sekarang, bahwa guru-guru Aswaja kami dari kalangan habaib dan kyai sangat melarang ritual yang diniatkan memperoleh kesaktian atau khoriqul adah. Bahkan menjadi pelajaran kurikulum kami semua di pesantren-pesantren salaf terkait hal ini. Habib Abdullah Al-Haddad (yang rotibul Haddadnya dibaca rutin oleh Habib Rizieq dan para ulama Aswaja lainnya) mengatakan :

وَمِن أَضَرِّ شَيءٍ عَلى المُريدِ طَلبُهُ لِلمُكاشَفاتِ وَاشتِياقُهُ إِلى الكَراماتِ وخَوارِقِ العَاداتِ، وَهِيَ لاَ تَظهَرُ لَهُ مَا دَامَ مُشتهياً لِظُهُورِها لأَنَّها لا تَظهَرُ إِلاَّ عَلى يَدِ مَن يَكرَهُها وَلا يُريدُها غَالباً.
وَقَد تَقَعُ لِطَوائِفَ مِنَ المَغرورينَ اِستِدراجاً لَهُم وَاِبتِلاءً لِضَعَفةِ المُؤمنينَ مِنهُم، وَهِيَ في حَقِّهم إِهاناتٌ وَليست كرَاماتٍ، إِنَّما تَكونُ كرَاماتٍ إِذا ظَهرَت عَلى أَهلِ الاِستِقامَةِ، فإِن أَكرَمَك الله-أَيُّها المُريدُ- بِشيءٍ مِنها فَاحمُدهُ سُبحانَه علَيه.
وَلا تَقِف مَعَ مَا ظَهرَ لَكَ وَلا تَسكُن إِليهِ، وَاكتُمهُ وَلاَ تُحَدِّث بِهِ النَّاسَ، وَإِن لَم يَظهَر لَكَ مِنها شَيءٌ فَلا تَتَمَنَّاهُ وَلا تَأسَف عَلى فَقدِهِ.

” Di antara sesuatu yang tidak baik (berbahaya) buat seorang murid, adalah mencari mukasyafah, merindukan karomah dan kesaktian.
Mukasyafah, karomah dan kesaktian tidak akan muncul selagi ia menginginkan kemunculannya. Karena pada umumnya yang demikian itu tidak akan muncul kecuali bagi orang yang tidak menyukainya dan menginginkannya.
Terkadang kesaktian dan hal di luar kebiasaan itu terjadi bagi sekelompok orang yang tertipu sebagai istidraj dan ujian untuk orang mukmin yang lemah dan itu sebenarnya ihaanat (suatu hal yang hina) bukan karomah.
Karomah datang hanya kepada orang yang ahli istiqamah. Jika kamu dianugerahkan sedikit karomah oleh Allah wahai murid, maka bersyukurlah kepada Allah namun janganlah merasa tenang dan nyaman dengan karomah yang nampak itu. Rahasiakan dan jangan diceritaka kepada orang lain.
Apabila karomah itu tidak muncul padamu, maka janganlah berangan-angan untuk mendapatkannya dan jangan pula menyesal atas ketiadaannya ”
(Adaab Suluk al Murid : 46-47)

Ini tingkatan pemula ketika memfokusi ibadah untuk menuju kepada Allah yang pertama diwanti-wanti adalah hal mencari kesaktian atau khoriqul adah. Inilah ajaran Aswaja kami yang perlu anda ketahui. Dan saya sudah katakan di bantahan kedua kemaren setiap peserta yang hadir ikut pelatihan Ruqyah Aswaja, saya selalu mengingatkan agar jangan salah niat, cukup niat ingin menjadi orang yang bermanfaat saja bagi yang lainnya.

Masalah dzikir dengan jumlah ribuan kali, saya tidak akan menampilkan dalil-dalil sahih tentang ini karena terlalu panjang. Jika memang ditaqdirkan berjumpa manusia ini, saya akan tampilkan dalil-dalilnya di depan kalian semua dan saya biarkan anda yang membacanya dan menterjemahkannya. Saya Cuma ingin tanya bagaimana komentarmu tentang riwayat-riwayat ulama ini :

وروى الامام أحمد عن عكرمة قال: قال أبو هريرة: إني لاستغفر الله عز وجل وأتوب إليه كل يوم اثنتي عشرة ألف مرة، وذلك على قدر ديتي: وروى عبد الله بن أحمد عن أبي هريرة: أنه كان له خيط فيه اثنا عشر ألف عقدة يسبح به قبل أن ينام. وفي رواية ألفا عقدة فلا ينام حتى يسبح به، وهو أصح من الذي قبله

“ Ahmad meriwayatkan dari Ikrimah, bahwa Abu Hurairah berkata: Sungguh saya meminta ampunan kepada Allah (istighfar) dan bertaubat setiap hari sebanyak 12.000 kali, hal ini sesuai dengan tebusan dosa saya. Abdullah bin Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Hurairah memiliki benang yang terdiri dari 12.000 ikatan yang ia gunakan sebelum tidur. Dalam riwayat lain sebanyak 2000 ikatan, Abu Hurairah tidak tidur hingga bertasbih dengannya. Riwayat ini lebih sahih dari sebelumnya” (al-Bidayah wa an-Nihayah 8/120)

Abu Hurairah Ra membaca istighfar setiap hari sebanyak 12 ribu kali ? apakah beliau telah melakukan hal yang salah karena menentukan jumlah bilangan dzikirnya ribuan kali ?
Ibnu Qayyim, murid Ibnu Taimiyah, berkata:

عن قتادة عن أنس عن النبي أكثروا الصلاة علي يوم الجمعة وكان الصحابة رضي الله عنهم يستحبون إكثار الصلاة على النبي يوم الجمعة

“Dari Qatadah, dari Anas bahwa Rasulullah bersabda: Perbanyaklah salawat kepada saya di hari Jumat. Dan para sahabat menganjurkan memperbanyak salawat kepada Nabi di hari Jumat” (Jala’ al-Afham 1/87)

Berapa jumlah Salawat yang dibaca? Ibnu Qayyim menjelaskan:

عن الأعمش عن زيد بن وهب قال لي ابن مسعود رضي الله عنه يا زيد بن وهب لا تدع إذا كان يوم الجمعة أن تصلي على النبي ألف مرة تقول اللهم صل على محمد النبي الأمي

“Dari A’masy, dari Zaid ibnu Wahb, telah berkata Ibnu Mas’ud kepada saya: Wahai Zaid, jangan kau tinggalkan di hari Jumat untuk bersalawat kepada Nabi 1000 kali” (Jala’ al-Afham 1/87)
Begitu pula seorang Tabiin berikut ini:

وكان خالد بنُ معدان يُسبِّحُ كلَّ يوم أربعين ألف تسبيحة سوى ما يقرأ من القرآن ، فلما مات وضع على سريره ليغسل ، فجعل يُشير بأصبعه يُحركها بالتسبيح

“Khalid bin Ma’dan bertasbih setiap hari sebanyak 40.000 tasbih selain al-Quran. Ketika meninggal ia diletakkan di atas meja untuk dimandikan, ternyata jarinya bergerak bertasbih” (Abu Nuaim dalam al-Hilyah 5/210 dan adz-Dzahabi dalam Tadzkirah al-Huffadz 1/93)

Bahkan sekelompok Ulama Salafi yang tergabung dalam Arsyif Multaqa Ahli Hadis memberi fatwa yang berbeda dari pernyataan Salafi lainnya :

فان قال قائل : أكثر ما ورد في العدد مائة، فهل يجوز الزيادة على ذلك؟ وهل يشترط أن يكون له ورد ؟ نقول وبالله التوفيق : أولا- جاء النص في أكثر من مائة ، عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم من قال: ( لا اله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير مائتي مرة في يوم لم يسبقه أحد كان قبله ولم يدركه أحد كان بعده إلا بأفضل من عمله ) روى الإمام أحمد في مسنده بسند صحيح حديث رقم 6740 ، 7005 ثانيا- فعل الصحابة الكرام – رضي الله عنهم – في ا لعد أكثر من مائة وهم الذين عاشوا في زمن الوحي وأشربوا مقاصد التشريع ، قال أبو هريرة – رضي الله تعالى عنه – :”إني لأستغفر الله وأتوب إليه كل يوم اثني عشر ألف مرة وذلك على قدر ذنبي” تذكرة الحفاظ 1/35 وأخرجه أبو نعيم في الحلية بسند صحيح وقال الحافظ السيوطي – رحمه الله – في المنحة : روى الحافظ عبد الغني في الكمال في ترجمة أبي الدرداء عويمر – رضي الله تعالى عنه – أنه كان يسبح في اليوم مائة ألف تسبيحة ، وذكر أيضا عن سلمة بن شيبيب قال كان خالد بن معدن يسبح في اليوم أربعين ألف تسبيحة.ا.هـ وأخرج الترمذي في الدعاء عن سلمة بن عمرو قال:كان عمير بن هاني يصلي كل يوم ألف ركعة ،ويسبح ألف تسبيحة

“Pertanyaan: Bolehkah membaca wirid diatas 100? Jawaban: Pertama; ada nas hadis yang menyebutkan lebih dari 100, yaitu 200 (HR Ahmad dengan sanad sahih). Kedua; perbuatan sahabat, mereka hidup di masa wahyu dan mengetahui tujuan-tujuan syariat, seperti Abu Hurairah beristighfar 12.000 kali. Abu Darda’ bertasbih 100.000 dalam sehari. Khalid bin Ma’dan dalam sehari bertasbih 40.000 kali. Umair bin Hani’ salat dalam sehari 1000 rakaat dan bertasbih 1000 kali” (Arsyif Multaqa Ahli Hadits juz 1 – 4 hal 8893)

Beranikah mengatakan mereka pelaku sesat atau bid’ah ??

Tuduhan berikutnya PAL menyatakan ; “ Peruqyahnya bisa melihat alam gaib, meramal.

Saya jawab :

Begini hasilnya jika mereka tidak mau kroscek kami dan bertabayyun untuk lebih jelasnya. Dalam setiap pelatihan saya selalu mewanti-wanti ke peserta bahwa jangan bangga ketika kita bisa melihat jin, atau jangan ada rasa kepengen sedikitpun seorang peruqyah bisa melihat jin dalam tubuh pasien, kenapa demikian ? sebab secara waqi’iyyah orang yang bisa melihat jin hanya dua; yang pertama orang yang di dalam tubuhnya ada jin dan ini aghlabiyyah dan yang kedua orang yang memang Allah berikan anugerah mampu melihat jin tanpa ada campur tangan jin di dalamnya dan ini sedikit.

Maka ketika anda menuduh kami peruqyah Aswaja melihat alam ghoib, anda sudah menuduh kami secara membabi buta. Di kami (KBRA) pun melarang ramalan dengan cara apapun kecuali yang memang sudah lama berpengalaman dalam menangani berbagai macam pasien dengan melihat raut wajah, keluhan dan lain sebagainya. Itu pun tetap kami wajibkan harus diruqyah untuk memastikannya. Kami punya cara standar di dalam mendiagnosa suatu keluhan pasien dengan memperhatikan dan menanyakan 4 gejala pada pasien. Terhalangnya kehidupan, Penyakit yang tidak wajar, mental yang tidak wajar dan mimpi buruk. Empat gejalanya ini menjadi diagnosa wajib di aturan kami.

Tuduhan PAL berikutnya ; “ Bacaan ruqyahnya bercampur dengan hizib, sholawat bid’ah.

Saya jawab :

Ini jelas menunjukkan anda tidak paham soal ruqyah.

Pertama : Ruqyah ini bersifat ijtihadiyyah (tajribiyyah) bukan tauqifiyyah atau ibadah mahdhah, sehingga tata caranya masih diperluas oleh syare’at asal tidak melanggar kaidah yang sudah ditetapkan syare’at dalam hal ini. Jika anda katakan ini ibadah mahdah maka berapa banyak tekhnik dari anda yang tidak ada dasar haditsnya dari Nabi shallallahu ‘alaihiw a sallam dan sahabatnya ?? kami bisa tunjukkan video-video anda jika anda ngeyel…

Kedua : Hizib yang anda mkasudkan yang dikarang oleh para ulama shalih, adalah berisi ayat-ayat al-Quran yang kadang memang tidak beraturan dan bercampur doa atau munajat di dalamnya. Salahkah hal itu ?

Imam Suyuthi mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah putra Imam Ahmad bin Hanbal dalam Zawaaid al-Musnad, bahwa:

وَاَخْرَجَ عَبْدُ اللهِ بْنِ أَحْمَدَ فِي زَوَائِدِ الْمُسْنَدِ بِسَنَدٍ حَسَنٍ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ النَّبِي  فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللهِ إِنَّ لِي أَخًا وَبِهِ وَجَعٌ قَالَ مَا وَجَعُهُ ؟ قَالَ بِهِ لَمَمٌ قَالَ فَائْتِنِي بِهِ، فَوَضَعَهُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَعَوَّذَهُ النَّبِيُّ  بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَأَرْبَعِ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ وَهَاتَيْنِ اْلآيَتَيْنِ وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَآيَاتُ الْكُرْسِي وَثَلاَثُ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ وَآيَةٍ مِنْ آلِ عِمْرَانَ شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَآيَةٍ مِنَ اْلأَعْرَافِ إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ وَآخِرِ سُوْرَةِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَآيَةٍ مِنْ سُوْرَةِ الْجِنِّ وَإِنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا وَعَشْرِ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ الصَّافَّاتِ وَثَلاَثِ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ سُوْرَةِ الْحَشْرِ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ، فَقَامَ الرَّجُلُ كَأَنَّهُ لَمْ يَشْكُ قَطُّ (رواه عبد الله بن احمد في زوائد المسند)

“Ada seorang A’robi (suku pedalaman) yang saudaranya sakit. Kemudian Rasulullah mendoakannya dari ayat al-Quran yang terdiri dari (1) Surat al-Fatihah, (2) Permulaan surat al-Baqarah sebanyak 4 ayat, (3) ‘Wa ilaahukum ilaahun waahidun, (4) ayat Kursi, (5) Akhir Surat al-Baqarah sebanyak 3 ayat, (6) Surat Ali Imran ayat 18, (7) Surat al-A’raf ayat 54, (8) Surat Jin ayat 3 (9) Permulaan Surat ash-Shaffaat sebanyak 10 ayat (10) akhir Surat al-Hasyr sebanyak 3 ayat (11) al-Ikhlas, dan (12) dua surat al-Mu’awwidzatain. Lalu ia berdiri seolah tidak pernah mengeluh sama sekali” (HR Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid al-Musnad, al-Hafidz as-Suyuthi menilai sanadnya Hasan).
Al-Hafidz as-Suyuthi mengatakan:

وَغَالِبُ مَا يُذْكَرُ فِي ذَلِكَ كَانَ مُسْتَنَدُهُ تَجَارُبَ الصَّالِحِيْنَ

“Kebanyakan doa-doa yang diambil dari al-Quran (termasuk doa Hizib) bersumber dari praktek para ulama yang telah mujarab/mustajab” (al-Itqaan 2/423).

Dengan demikian hukumnya adalah diperbolehkan, karena memiliki dasar hadis dan diamalkan oleh para ulama shalih. Karena hizib itu berisi dzikir, ayat al-Quran, doa dan munajat serta permohonan dengan berbahasa Arab.

Imbuhan :

Dalam video ini, si PAL menggunakan tekhnik unik yang tidak umumnya, mesugesti pasien dengan sambil berbaring. Tarik nafas dan buang nafas. Lalu mengucapkan doa dengan bahasa Indonesia.

Yang saya tanyakan kepada PAL, apakah ini termasuk bagian hipnotherapy ? bagaimana hukumnya ruqyah dengan hipnotherapy menurutmu ? PAHAMI pertanyaan saya ini baik-baik…

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*