Hizib, Khodam dan Sanad Ruqyah

Habib Nagib al-Hamid :

Menyambung pertanyaan soal penjelasan ini :

1. Bagaimana bantahan untuk peruqyah wahabi yang seringkali menuduh amalan wirid / hizib / ratib kita ada khodamnya ? apakah benar seperti itu atau bagaimana ustadz ? soalnya kadang amalan-amalan kita juga sering digunakan oleh ahli hikmah, bahkan pernah rekan saya diruqyah oleh peruqyah mereka, dikatakan ada jinnya karena beberapa hari mengamalkan hizbul bahr.

2. Kalangan peruqyah wahabi juga sering menuduh orang-orang tarekat menggunakan khadam. Karenanya mereka sering meruqyah orang-orang tarekat kemudian kesurupan. Malah dishare videonya di youtobe.

Afwan agak panjang, karena baru menemui langsung kasusnya belum lama ini..
Jawaban (Ibnu Abdillah Al-Katibiy) :

Pertanyaan Pertama saya jawab :

1.  Wirid, hizib dan ratib yang bagaimana yang mereka maksudkan ? wirid, hizib dan ratib yang beriskan ayat-ayat al-Quran, dzikir-dzikir dari Nabi dan doa-doa dari para ulama shalih, seperti wirid Sakran, Wirdul Lathif, Hizbul Bahr, Hizbun Nashr dan Ratibul Hadadd atau yang semisalnya, sama sekali tidaklah terlarang secara syar’i.

Kalau mereka berdalih, tidak boleh karena mencampur adukkan ayat-ayat al-Quran dengan doa-doa yang bukan berasal dari Nabi, atau uacapan yang bukan berasal dari Nabi, maka mereka para peruqyahnya, sudah pasti lebih tidak boleh lagi, lebih bid’ah lagi, karena hampir keseluruhan tekhnik dan metode ruqyah mereka bukan berasal dari Nabi secara nash atau tauqifi tapi semua itu berdasarkan tajribiyyah. Tidak ada satupun peruqyah di dunia ini terutama Indonesia saat ini yang semua tekhniknya bersanad sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena semua berdasarkan tajribiyyah bukan tauqiyyah (berbeda dengan sanad keilmuan, thariqah dan hadits).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, melakukan beberapa metode seperti usapan, sentuhan dan tiupan namun tidak secara spesifik menentukkan tekhnik-tekhniknya, tidak pernah Rasulullah mengajarkan tekhnik berpasangan, tidak pernah Rasulullah mengajarkan tekhnik berdiri, tidak pernah Rasulullah mengajarkan tekhnik menyembelih jin, tidak pernah Rasulullah mengajarkan tekhnik mengunci tangan atau kaki jin, tidak pernah Rasulullah mengajarkan tekhnik meruqyah penyakit maggh, stroke, asam urat, mighran, gondok dengan ayat-ayat ini itu dan lain sebagainya. Syare’at hanya menentukan kaidah-kaidahnya saja.

Oleh sebab itu para ulama Slafi seperti syaikh Rabi’, syaikh Ibnu Utsaimin, syaikh al-Albani, syaikh Ibnu Baz, syaikh Shalih al-Fauzan dan lajnah daimah memfatwakan bahwa ruqyah masuk ranah tauqifiyyah bukan ijtihadiyyah.

2. Apa pengertian khodam bagi anda ? jika anda mengklaim bahwa wirid, hizib dan ratib mengandung khodam yakni jin jahat, maka saya ingin bukti yang real dan nyata bukan dugaan, sangkaan apalagi mengira-ngira tanpa bukti.

Jika anda mengatakan buktinya sewaktu pasien diruqyah, pasien reaksi muntah dan ketika ditanya, ternyata pasien pernah mengamalkan wirid-wirid seperti di atas. Maka saya jawab; terlalu bodoh dan teramat bodoh menyimpulkan demikian. Bagaimana anda menyimpulkan demikian hanya karena berdasarkan dugaan anda semata ? yang semua itu berdasarkan pemahaman anda semata ? bukankah dari pihak kami juga bisa berbalik menyatakan seperti itu, jika ada pasien salafi yang kami ruqyah lalu reaksi muntah, maka saya simpulkan karena pasien berpaham salafi ??

Jika anda menyimpulkan berdasarkan pasien reaksi kesurupan lalu jinnya mengaku bahwa pasien pengamal wirid ini, hizib ini, ratib ini..,maka saya jawab : sungguh teramat bodoh, pengakuan jin langsung anda terima seribu persen tanpa anda saring terlebih dahulu, padahal anda yakin jin itu fasik atau mungkin kafir, ketimbang percaya dengan umat muslim dari bangsa manusia yang anda tuduhkan…atau apakah anda lebih menghormati jin fasik / kafir ketimbang seorang muslim ? bagaimana hukumnya pengakuan jin di dalam ajaran anda wahai salafi ?

3. Atau anda berani menyimpulkan demikian karena anda melihat sendiri dengan mata kepala anda, ketika pasien mengamalkan wirid, hizib atau ratib itu, jin-jin dalam wirid tersebut bermunculan lalu masuk ketubuh pasien yang anda ruqyah wahai salafi ?

Lalu pertanyaan antum : soalnya kadang amalan-amalan kita juga sering digunakan oleh ahli hikmah..

Saya jawab : saya tidak berani menyimpulkan kepada seseorang ahli hikmah apakah ia berkhodam sebab amalan itu atau tidak. Cuma saya hanya menjelaskan bahwa “ segala amalan apapun, jika tidak dibimbing seorang guru, atau dengan niat yang tidak lurus, maka amalan tersebut sangat berpotensi mengundang jin jahat atau setan untuk menyesatkan si pengamalnya. Hal ini sering kita jumpai kasus-kasusnya.

https://www.traditionrolex.com/17

Pertanyaan kedua :

Orang-orang Tariqah yang benar dengan bimbingan mursyid yang lurus, maka insya Allah amalan dan suluknya diridhai oleh Allah Ta’ala. karenaTariqah adalah manhaj atau maslak untuk mengamalkan ilmu dan mengolah hati sesuai tuntunan al-Quran dan Sunnah yang dibimbing seorng guru yang mursyid. Sayyidi syaikh Ali Al-Khowwash rahimahullah berkata, *“ Sesungguhnya jalan para ulama sufi terhias dengan Al-Quran dan Al-Hadits bagaikan terhias dengan emas dan permata. Demikian itu karena mereka di setiap gerak-gerik dan diam mereka mempunyai niat yang baik sesuai dengan timbangan Syari’at. Dan tidak bisa mengetahuinya kecuali orang yang memperdalami ilmu-ilmu Syari’at “.* (Tanbih al-Muhtarrin)

Jika ada orang tariqah diruqyah oleh mereka lalu kesurupan, bukan berarti divonis karena bersangkutan dengan tariqahnya.  Kasus gangguan jin itu terjadi sifatnya umum, kepada siapapun, bisa dosen, dokter, karyawan, pedagang, guru, pelajar, santri, hafidz quran bahkan orang alim sekalipun. Apakah jika ada seorang santri yang diruqyah kesurupan lantas kita tuduh karena pondoknya atau karena pelajarannya di pondok ? apakah jika ada seorang dokter yang kesurupan lantas kita katakan ilmu kedoterannya yang bikin kesurupan ? demikian juga ahli tariqah. Jika mereka berdalih seperti itu, maka bisa kita katakan jika saya meruqyah dari kalangan salafi lalu reaksi kesurupan, maka kita katakan karena pemahaman salafinya.

Bagaimana jika ada santri diruqyah kesurupan lalu jinnya mengatakan, “ saya suka dengan anak ini karena rajin sholat malam, rajin baca al-Quran, rajin berjama’ah di masjid, apakah lantas kita percaya dan kita hindari hal-hal baik tersebut ??”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*